2021.01.28
[Pengamat Masyarakat: Kasumi Nakamura / Rero] Anda mungkin menyadarinya karena Anda memiliki dua wajah.
Kami menunggu Kasumi Nakamura, sosiolog yang akan kami wawancarai hari ini di ruang rapat perusahaan. Terus terang, selama ini kami mewawancarai cosplayer dan Vocaloid producer dengan agak rileks, jadi kata “pengamat masyarakat” ini agak terdengar kaku. Saya panik membayangkan kalau-kalau dia nanti menggunakan istilah-istilah sosiologi… Kekuatiran terus terlintas dalam benak saya…
Lalu pintu ruang rapatpun terbuka.
Se …Se… Selamat datang !! Dan, ketika kami mau memberi salam …
Saya terkejut… hanya ada satu maid disana.. suasana ruang rapat tiba-tiba rasanya berubah
“Okaerinasai”
Eh?? Disana berdiri seorang maid. Saya seharusnya menyambut seorang sosiolog dalam perusahaan, tetapi entah kenapa malah saya yang diberi salam duluan.
Cara pikir yang berusaha memahami cara kerja Maid
Kekuatan seorang maid itu luar biasa. Hanya dengan satu maid di dalam kantor yang terasa kosong, suasana dapat berubah menjadi sangat nyaman… Saya jadi berasa ingin pesan segelas teh, tapi tentu saja saya mengurungkan niat itu. Karena kali ini, maid adalah tamu kami.
Ya, Kasumi Nakamura, yang bekerja sebagai sosiolog di Sekolah Pascasarjana Universitas Keio dalam penelitian dan penulisan makalah, juga aktif sebagai maid dengan nama Rero. Mulai sekarang, namanya akan kami panggil Rero! Ngomong-ngomong, pengamat masyarakat dan maid … Rasanya sama sekali tidak ada hubungan, tapi kenapa? Kamipun memulai wawancara.
“Memang benar sih, orang tidak mungkin terpikir tentang hubungan sosiologi dan maid, tapi sangat erat terkait lho.”
Reropun mulai berbicara. Sosiologi itu apa sih…?
“Sosiologi adalah disiplin ilmu yang berusaha untuk secara teoritis memahami dan menjelaskan keadaan dan interaksi masyarakat. Fokus saya terutama pada bidang gender dan seksualitas.”
Memang, mempelajari asal-usul Doujin juga bisa jadi bahan penelitian sosiologi. Mungkin saja, kan? Tapi saya masih bingung kenapa dia belajar sosiologi sambil menjadi maid?
“Awalnya saya memang tertarik dengan sosiologi, tetapi ketika saya memikirkan tentang minat saya yang sebenarnya, saya pikir akan lebih baik mempelajari minat saya ini dari kerangka sosiologi. Dari saya kecil, saya memang seorang otaku macam-macam genre (wkwk). Setelah masuk universitas, saya jadi otaku idol, saya kecanduan seiyu (pengisi suara) perempuan, juga menyukai idola dua dimensi, dan yang terakhir maid cafe. Pernah ada masa saya pergi ke maid café 500 kali dalam 2 tahun lho!”
Heii … setahun kan cuma 365 hari? 2 tahun berarti 730 hari! 500 kali dalam 2 tahun?!! Bagaimana bisa?
“Sama seperti maid cafe, idol dll, bagaimana ya, sebagai perempuan namun bekerja dalam konten yang menjual sisi kewanitaaan (feminitas)? Bukankah tidak baik karena termasuk “komersialisasi seks”? Banyak orang yang berpendapat demikian. Ada juga yang mengkritik bahwa industri semacam ini akan memperkuat batas norma gender. Saya pikir ada benarnya juga kritik itu dan ada pula yang harus direnungkan baik-baik. Namun, jika saya 100% membuat penolakan terhadap bekerja di industri yang menampilkan feminitas sebagai bagian dari konten, saya bertanya-tanya apa yang bisa dilakukan oleh perempuan yang memang bekerja di sana?. ”
Begitulah jawaban Rero sebagai pakar sosiologi. Tiba-tiba saya seperti ditarik masuk dalam kelas kuliah sosiologi.
“Saya terkejut saat saya rutin pergi ke maid cafe. Ada maid yang berkata pada saya, ‘Menurut saya konsep feminism tidak bisa menolong saya juga.’ Tentu saja, para maid juga wanita, dan seperti yang saya katakana tadi, mereka bekerja sambil menampilkan sisi feminitas, jadi mereka pasti sering menghadapi rasa khawatir dan galau terkait gender. Tapi setidaknya wacana feminisme menurut mereka sepertinya tidak dapat menolong. Disitu saya berpikir ini hal yang harus kita pikir baik-baik. Pertama-tama, pengalaman kerja seperti apa yang sebenarnya dialami mereka, dan dengan mendengarkan kesenangan dan kesulitan mereka lalu menganalisis kaitannya dengan gender, saya jadi berpikir bahwa feminisme yang sesuai dengan mereka juga dapat dibahas dan dibangun.”
Hooooooo … Ini pelajaran baru bagi saya. Sambil berpikir bahwa ini akan diujikan dalam tes, saya terus mencatat isi kuliah dalam buku catatan. Tenang,tenang! Ini interview!
Sebelum saya tersadar, saya ditarik masuk ke dalam kuliah sosiologi.
Begitu saya rutin pergi ke maid cafe, tiba-tiba saya juga ikut jadi maid
Dapat dimengerti Rero mempelajari wanita yang bekerja di maid cafe dari sudut pandang sosiologi. Tapi kenapa dia juga jadi maid?
“Jika Anda terus pergi ke maid cafe, wajah Anda akan diingat dan Anda akan dapat berbicara tentang topik yang lebih dalam dari pada sekedar basa-basi. Misalnya tentang hal yang menyenangkan atau sulit bekerja sebagai maid. Setelah itu, sebagai bagian dari penelitian saya, saya mewawancarai banyak maid. Saya jadi tahu tentang sebuah grup bernama “Perkumpulan Nomaden di Maid Cafe.” Sebuah grup yang bertujuan untuk mempromosikan pekerjaan nomaden di Maid Cafe. Jadi, kami juga mengadakan event kerja nomaden di tempat para maid itu bekerja, tepatnya kami mengadakan acara bersama maid dengan menyewa maid cafe. Saya mendaftarkan diri disana, dan meskipun hanya sekitar beberapa kali sebulan, saya dapat kesempatan bekerja sebagai maid untuk tujuan penelitian. Sebenarnya maid cafe sangat cocok untuk para karyawan yang bekerja nomaden. Anda akan disuguhi teh dan kopi, dan ketika Anda suntuk dengan pekerjaan, mereka bisa menemani Anda mengobrol untuk refreshing.”
Tidak disangka ada acara seperti itu … Saya jadi ingin menulis artikel wawancara ini di maid cafe suatu saat !!
“Saya pikir saya paham seperti apa pekerjaan maid lewat wawancara saya, tetapi masih sulit ternyata ketika saya benar-benar bekerja. Memang, pekerjaan utamanya adalah sebagai waitress, tetapi kemampuan berkomunikasi adalah pekerjaan yang sebenarnya. Benar-benar penting untuk menyesuaikan kapan harus mulai bicara dengan tamu maid café, misalnya boleh tidak mulai bicara sekarang atau pertanyaan apa yang harus saya tanyakan ke tamu itu ya dsb.
Jika Anda tertarik dengan tempat Rero bekerja, Anda bisa pergi dan melihatnya.
●メイドカフェでノマド会 (Perkumpulan Nomaden di Maid Café)
https://maid-cafe-nomad.connpass.com
Hasil penelitian Rero
Kegiatan utama, bukan, pekerjaan Rero adalah penelitian sosiologi, maka dia kebanyakan menulis makalah, tetapi dia juga menerbitkan buku dengan joint name.
“Saya pikir jika hanya dengan publikasi makalah saja, pekerjaan maid, isu-isu yang berkaitan dengan feminisme tidak akan diketahui masyarakat luas? Makanya saya juga menulis buku seperti ini. Saya juga mempostingnya di media web. Saat ini, saya mencoba menyumbangkan satu bab dalam buku “Girls Media Studies”. Ini seperti iklan, tetapi buku ini juga menjadi buku teks tentang hubungan antara budaya media modern dan perempuan. Misalnya… SNS yang banyak dimainkan oleh maid. Para maid menggunakan waktu pribadi mereka untuk memposting ke akun toko, bukan? Meskipun di luar jam kerja, ini sebenarnya juga adalah pekerjaan. Tapi tidak akan diberi gaji. Ada kesulitan karena mereka harus terus menampilkan kepribadian Anda sebagai maid di SNS sebagai pekerjaan tanpa dibayar. Ini adalah buku yang menceritakan masalah ini, jadi jika sudah terbit nanti, tolong dibaca ya. ”
Girls Media Studies (Penerbitan Kitaki)
Tanggal Rilis: 10 November 2020 (rencana)
Dia memperlihatkan buku-buku yang pernah dia tulis.
“Selain itu, aktivitas saya adalah … kalau ngomong soal maid cafe, pasti Akihabara ya. Saya juga terlibat dalam pengurus NPO Akihabara “Persatuan Warga Licolita yang berkontribusi bagi masyarakat di Akihabara”. Dengan mencoba berkontribusi kepada masyarakat sambil bersenang-senang di Akihabara, kami bekerja sama dengan para maid dan berbagai toko di Akihabara, misalnya setiap tahun para maid dari berbagai toko di Akihabara berkumpul bersama dan ikut dalam acara penyiraman air. Baru-baru ini, saya berpartisipasi dalam kampanye bersih-bersih sepeda rongsokan yang dibuang sembarangan dengan sponsor oleh Distrik Chiyoda dengan para maid, dan di acara parasports yang diselenggarakan oleh Pemkot Tokyo, sebuah pertandingan boccia antara maid cafe dan toko lain di Akihabara. Saya senang karena bisa berkontribusi dalam berbagai hal dengan para maid untuk Akihabara. Dinamakan Licolita dari Riko (kepentingan diri) dan Rita (kepentingan orang lain).”
Naming sense dan konten aktivitas yang bagus!! Kami dari pihak DoujinWorld juga ingin bekerja sama di masa depan!!
●Persatuan Warga Licolita yang berkontribusi bagi masyarakat di Akihabara”
Acara populer “Uchimizukko Daishuugo!” yang diadakan sejak tahun 2004, namun karena COVID-19 tahun ini, peserta acara tidak akan dikumpulkan di satu tempat melainkan akan diadakan di bagian depan setiap maid cafe. Nama acaranya adalah “Pembukaan penyiraman air, dimulai “! Mari dukung acaranya bersama para penggemar Akiba dan mari sama-sama buat Akihabara nyaman untuk dikunjungi.
Tanggal: 1 Agustus – 31 Agustus 2020
* Untuk lengkapnya, kunjungi situs web Licolita berikut
Saya ingin Anda mencoba ke maid café terlebih dahulu tanpa bias
Budaya otaku Jepang sedang menyebar ke seluruh dunia dan ada banyak turis dari luar negeri yang menikmati Akihabara, “Studi tentang maid yang bekerja di maid cafe” Rero juga akan terkenal di luar negeri.
“Tentu saja, orang luar negeri, tapi juga orang Jepang … Bahkan jika dikatakan maid cafe, setiap toko punya nuansa yang berbeda. Ada tempat untuk menikmati apa yang disebut “Moe Moe Kyun”. Namun ada juga maid cafe dengan suasana yang tenang dan klasik. Alangkah baiknya jika Anda bisa mencoba pergi terlebih dahulu dan menemukan maid cafe yang cocok untuk Anda, daripada hanya menilai dari gambarnya saja, pasti akan terasa seperti rumah kedua Anda lho”
Terima kasih kepada para maid yang telah memberikan servis dan menyediakan minuman serta makanan yang lezat!!
Maid Cafe yang akan menyambut para tamunya dengan “Okaerinasaimase”. Silakan Anda melihat lebih dekat sekali lagi jasa maid café kami”.
Twitter: @rero70
Follow @doujinworld