🇮🇩
🇮🇩

2020.10.28

Karya Doujin tidak menguntungkan? Sama sekali bukan jual beli!

Karya Doujin tidak menguntungkan? Sama sekali bukan jual beli!

 

Bahkan jika Anda membeli berbagai barang di spot penjualan Doujinshi, Anda bukanlah “pelanggan/pembeli”

 

Mungkin Anda pernah berkata, “Wow, saya berhasil membeli buku terbaru suatu klub, yang saya cari!”

 

Harap tunggu sebentar! Doujin berarti “orang-orang yang memiliki aspirasi / ide yang sama”. Tidak peduli Anda tergabung atau tidak dengan klub tersebut, jika Anda memiliki perasaan dan ide yang sama, Anda termasuk Doujin juga. Dengan kata lain, ini bukan hubungan antara penjual dan pembeli.

 

Oleh karena itu, dalam acara-acara besar penjualan Doujinshi, pada prinsipnya, yang ditangani klub-klub Doujin bukanlah “barang” tetapi “handout”, yang dilakukan bukan “jual beli” tetapi “distribusi”. Faktanya, ada banyak cara penyebutan dan “Pasar Komik” sering kali juga disebut sebagai pesta “penjualan” majalah Doujinshi, sehingga mungkin kurang konsisten konsisten. Namun, Anda tidak boleh datang langsung ke pesta “penjualan” Doujinshi sebagai pelanggan atau pembeli. Anda sebenarnya menjadi salah satu peserta dari pesta “penjualan” Doujinshi tersebut.

 

Oh ya, beberapa orang mungkin belum familiar dengan kata distribusi, tapi sebenarnya apa artinya? Ketika saya mencari artinya di kamus, tertulis “dibagikan secara luas, sehingga tersebar.” Oh, saya baru paham. Distribusi adalah pengganti biaya buku dan barang, dengan tujuan “mari sebarkan aspirasi dan pernyataan Doujin, ayo kita tanggung biayanya bersama-sama!”. Kalau begitu, tidak bolehkah kita menggunakan kata “pembagian” daripada “distribusi”? Tampaknya boleh, namun dalam kasus ini, agak kurang tepat karena mungkin disalhartikan bahwa “saya akan membagikannya kepada siapa saja, tanpa pikir-pikir lagi”, dan hal ini yang ingin kita hindari.

 

Bukan sekadar “penjualan” maupun “pembagian bebas” … melainkan kata “distribusi” yang dipilih, supaya terdengar lebih pas.

 

Ngomong-ngomong, kata “distribusi” digunakan pula di luar spot penjualan Doujinshi, misalnya jimat pelindung (o-mamori) atau cap stempel merah khas di kuil-kuil Shinto. Sama seperti di kuil, kita bukanlah membayar uang upacara (Hatsuho-ryo) tetapi merupakan persembahan ke kuil, demikian pula karya Doujin bukan sekadar jual beli.

 

 

Secara legal aktivitas “penjualan” karya Doujin memang bersifat komersil, namun jangan sampai harus membuang aspirasi.

Pada akhirnya, acara “penjualan” Doujin adalah “acara di mana setiap orang dapat ikut sertai dan menikmati” baik untuk anggota klub Doujin maupun umum. Aktivitas Doujin ini dilakukan bukan untuk jual beli, tetapi untuk mendistribusikan hasil aspirasi dan pernyataan, sehingga bisa disebut non-profit. Kendati demikian, kita tidak boleh bermain dengan hukum. Aktivias Doujin ini tetap dipandang sebagai kegiatan bertujuan kentungan karena melibatkan uang. Saya bahkan mendengar bahwa makin banyak klub sengaja menaikkan harga jauh lebih tinggi dari harga aslinya demi mendapat keuntungan lebih besar, karena karya Doujinshi dan CD menjadi semakin mudah dibuat.

 

Dan lagi, sekarang dikenal istilah “buyer” sebagai lawan kata “sales”, yang menjual barang distribusi ini.

 

Ketika “aktivitas distribusi” ini hanya menjadi permainan kata-kata saja, budaya Doujin akan hilang dan direduksi menjadi “aktivitas penjualan grup amatiran”. Kami harap, setiap peserta acara Doujin untuk tetap fokus pada tujuan asli, sehingga budaya Doujin ini dapat menjadi semakin maju.

 

 




Writer

Shiro Sato

Related Posts